Bayi Ketawa

Jumat, 30 Januari 2015

LAMPUNG TIMUR: Delapan Desa Pasirsakti, Jadi Danau


PASIRSAKTI (Lampost.co) : Delapan desa yang ada di Kecamatan Pasirsakti, Lampung Timur, yang luasnya diatas 500 hektar, sudah menyerupai danau, dan tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,tak lain penyebabnya dari meluasnya penyedotan pasir.

Camat Pasirsakti, Lampung Timur, Supoyo,mengaku merasa prihatin melihat kondisi delapan desa yang sudah menyerupai danau yakni, Desa Pulausari, Mekarsari, Purworejo, Rejomuliyo, Labuhanratu,Kedungringin, dan Sumurkucing. Namun Supoyo tidak bisa berbuat banyak, untuk bisa menghentikan aktivitas yang berujung merusak ekosistim perkampungan, sebab kata Supyo, tidak sedikit masyarakat Kecamatan Pasirsakti, yang sangat setuju dengan adanya galian pasir di kampungnya, selain mendapatkan keuntungan hasil dari menjual lahan kepada pengusaha, juga mendapat lahan pekerjaan sebagai buruh penyedot pasir

"Mereka orang awam, tidak tahu dampak kedepannya, sedangkan ekonomi terus menghimpit tentu dengan iming-iming adanya lahan pekerjaan mereka menyetujui," kata Supoyo, Senin (14-1)

Masih dikatakan Supoyo, sebenarnya yang bisa menindak tegas atau menutup adanya galian pasir tentu dari Dinas Pertambangan, Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Perijinan. "Kami juga tidak mengeri kenapa ke tiga dinas tersebut tak bisa atau tak berani menutup atau menolak perijinan yang baru, sebab sebelum saya jadi camat di sini, galian pasir sudah meluas," kata Supoyo.

Sementara itu Made Yase Warga Kecamatan Pasirsakti, delapan desa tersebut yang luasannya di atas 500 hektare, jika di lihat persis seperti danau buatan, yang tampak hanya genangan air, sepanjang mata memandang, penyebab dari rusaknya lingkungan tersebut tak lain dari aktivis penggali pasir yang sudah menahun, dan kedalaman yang dikeruk dengan menggunakan alat berat rata-rata 11 meter.

"Jenis pasir yang di ambil yaitu pasir kuarsa, dan pasir-pasir itu dikirim ke luar daerah," kata Made. Selain menyebabkan desa menjadi danau dampak dari banyaknya aktivitas penggali pasir, yaitu jalan yang ada di perkampungan mengalami kerusakan cukup parah, sebab setiap hari tidak kurang dari 100 unit kendaraan besar yang keluar masuk menuju areal galian, yang melewati perkampungan tentu dengan beban tonase yang cukup berat.

Di tempat terpisah, Suroso, warga Desa Kedungringin, Kecamatan Pasirsakti, sangat menyesalkan dengan keadaan Kecamatan Pairsakti, awalnya sebelum ada penyedotan galian pasir, di delapan desa tersebut merupakan areal peladangan dan permukiman warga, karena tergiur dengan nominal rupiah dari pengusaha, warga terpaksa menjual kepada pegusaha pasir, setelah pengusaha menyedot pasir hingga kedalaman 11 meter, lahan tersebut ditinggalkan begitu saja. 

"Sebenarnya anggota DPRD mengetahui kondisi Pasirsakti, dan sering melakukan kunjungan namun tidak ada hasilnya," kata Suroso. (GUS/L-1)

KETERANGAN FOTO:

Lahan sebuah rumah yang hampir habis akibat penyedotan pasir, di Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. warga mengeluh lahan di sekitar penyedotan yang pondasi rumahnya turun sekitar 5 sentimeter. (pasirsaktilamtim.blogspot.com)

https://www.facebook.com/samsudin.bkc

Selasa, 27 Januari 2015

KEISTIMEWAHAN SOLAT DHUHA



Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik ( kira-kira jam 9.00 ). Shalat Dhuha lebih dikenal dengan shalat sunah untuk memohon rizki dari Allah, berdasarkan hadits Nabi : 

” Allah berfirman : “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) niscaya pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya “ (HR.Hakim dan Thabrani).

Hadits Rasulullah SAW terkait Shalat Dhuha Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tirmiji dan Abu Majah) “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R Tirmidzi)

“Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat.” (HR Abu Daud)
“Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,”Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,? Shalat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari).” (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi) “Rasulullah bersabda di dalam Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat shalat dhuha, karena dengan shalat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim & Thabrani).

Manfaat dan Makna Shalat Dhuha Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya. Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik. Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi.

Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”

Cara melaksanakan Shalat Dhuha :

Shalat Dhuha minimal dua rakaat dan maksimal duabelas rakaat, dilakukan secara Munfarid (tidak berjamaah), caranya sebagai berikut :

Niat shalat dhuha didalam hati berbarengan dengan Takbiratul ihram :
“Ushalli Sunnatadh-dhuhaa rak’ataini lillaahi
ta’aalaa.”
Artinya :
“Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat,
karena Allah ta’ala
Membaca doa Iftitah
Membaca surat al Fatihah
Membaca satu surat didalam Alquran.
Afdholnya rakaat pertama membaca surat
Asy-Syam dan rakaat kedua surat Al Lail
Ruku’ dan membaca tasbih tiga kali
I’tidal dan membaca bacaannya
Sujud pertama dan membaca tasbih tiga
kali
Duduk diantara dua sujud dan membaca
bacaanya
Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya dilakukan sama
seperti contoh diatas.
Bacaan Doa Sholat Dhuha Lengkap Bahasa Arab –
Bahasa Indonesia dan Artinya
ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﺍﻟﻀُّﺤَﺂﺀَ ﺿُﺤَﺎﺀُﻙَ، ﻭَﺍﻟْﺒَﻬَﺎﺀَ ﺑَﻬَﺎﺀُﻙَ، ﻭَﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻝَ ﺟَﻤَﺎﻟُﻚَ،
ﻭَﺍﻟْﻘُﻮَّﺓَ ﻗُﻮَّﺗُﻚَ، ﻭَﺍﻟْﻘُﺪْﺭَﺓَ ﻗُﺪْﺭَﺗُﻚَ، ﻭَﺍﻟْﻌِﺼْﻤَﺔَ ﻋِﺼْﻤَﺘُﻚَ . ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺍِﻥْ
ﻛَﺎﻥَ ﺭِﺯْﻗَﻰ ﻓِﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﺂﺀِ ﻓَﺄَﻧْﺰِﻟْﻪُ ﻭَﺍِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻰ ﺍْﻻَﺭْﺽِ ﻓَﺄَﺧْﺮِﺟْﻪُ
ﻭَﺍِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﻌَﺴَّﺮًﺍ ﻓَﻴَﺴِّﺮْﻩُ ﻭَﺍِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﺮَﺍﻣًﺎ ﻓَﻄَﻬِّﺮْﻩُ ﻭَﺍِﻥْ ﻛَﺎﻥَ
ﺑَﻌِﻴْﺪًﺍ ﻓَﻘَﺮِّﺑْﻪُ ﺑِﺤَﻖِّ ﺿُﺤَﺎﺀِﻙَ ﻭَﺑَﻬَﺎﺀِﻙَ ﻭَﺟَﻤَﺎﻟِﻚَ ﻭَﻗُﻮَّﺗِﻚَ
ﻭَﻗُﺪْﺭَﺗِﻚَ ﺁﺗِﻨِﻰْ ﻣَﺂﺍَﺗَﻴْﺖَ ﻋِﺒَﺎﺩَﻙَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

Artinya: “Ya Alloh, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan- Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Alloh,
apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran
dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.




Asal Muasal Desa Candimulyo

BAB II
PEMBAHASAN

  1. MAKNA KATA CANDIMULYO
Nama Candimulyo berasal dari bahasa Jawa, yang terdiri dari kata candi dan kata mulyo. Secara bahasa, candi berarti tempat dan mulyo memiliki arti subur, makmur, sejahtera. Jadi secara terminologi, Candimulyo dapat diartikan sebagai tempat yang subur, makmur dan penghuninya sejahtera
        2. LETAK DAN KONDISI GEOGRAFIS DESA CANDIMULYO
Desa Candimulyo terletak di sebelah timur Kota Kebumen, dari pusat kota hanya berjarak sekitar 3 km. Desa Candimulyo terdiri dari 3 RW atau pedukuhan, yaitu RW 1 Pedukuhan Tlimbeng, RW 2 Pedukuhan Krajan atau Ndesa dan RW 3 Pedukuhan Pejaten. Masing-masing dukuh  terdiri dari 3 RT.
Batas-batas Desa Candimulyo adalah sebagai berikut :
  • Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kalijirek dan Desa Bandung yang dibatasi oleh areal persawahan.
  • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanahsari dan pembatasnya berupa Sungai Kedung Bener.
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Somalangu atau Sumberadi, tanpa bentang alam sebagai pembatasnya.
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kembaran dengan areal persawahan sebagai pembatasnya.
Desa Candimulyo berada di daerah dataran rendah, terdiri atas areal persawahan, kebun atau lahan kering, kali mati dan daerah pemukiman.
Picture6        3. SEJARAH DESA CANDIMULYO
         Asal-usul Desa Candimulyo tidak lepas dari sejarah Pondok Pesantern Al Kahfi Somalangu. Tidak lain adalah Sayid Muhammad Ishom Al Hasani atau lebih dikenal dengan nama Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani. Seorang mubaligh dari Yaman, yang berniat untuk menyebarkan Islam ke Pulau Jawa. Beliau mendarat di Pulau Jawa untuk pertama kalinya di Pantai Karang Bolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, sekitar abad ke-15 Masehi. Setelah berhasil mengalahkan Resi Darapundi di Karanganyar, kemudian mengislamkan resi dan para penduduknya. Lalu desa tersebut diberi nama Desa Candi. Perjalanan beliau berlanjut ke timur hingga sampai di daerah yang sekarang menjadi Desa Candimulyo ini. Besar kemungkinan, pada saat itu daerah tersebut juga telah banyak penduduknya. Dimana mayoritas para penduduknya memeluk agama Hindu, mengapa bisa dikatakan demikian? Desa Candimulyo letaknya tidak jauh dari Desa Sumberadi, yang mana di Desa  Sumberadi ini, ditemukan situs peninggalan lingga dan yoni serta bongkahan batu bara berukuran besar yang di duga merupakan bagian dari komplek candi untuk pemujaan masyarakat Hindu. Ini menandakan bahwa sejak abad ke-8 pun tempat tersebut sudah dihuni oleh manusia. Begitupun dengan daerah Candimulyo yang bertetangga dengan Sumberadi. Di daerah Candimulyo, Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani bertemu dengan Resi atau seorang pemuka agama Hindu. Yaitu Resi Candra Tirta di Desa Candiwulan dan Resi Danu Tirta di Desa Candimulyo. Syekh Abdul Kahfi berhasil mengenalkan islam kepada Resi Danu Tirta dan para penduduk di daerah tersebut, hingga akhirnya Resi Danu Tirta dan para penduduk sekitar memeluk agama Islam. Kemudian oleh Syekh Abdul Kahfi Al Hasani, daerah tersebut diberi nama Candimulyo. Dan memberi nama Candiwulan untuk daerah di sebelah barat Desa Candimulyo. Tidak ada yang mengetahui kenapa ulama dari Yaman tersebut memberi nama kedua daerah itu dengan kata “candi” di awal nama daerah tersebut. Apakah memang di daerah tersebut ada bangunan candinya, ataukah hanya wujud penghormatan pada kebudayaan Hindu yang semula dianut oleh penduduk sekitar. Namun, sampai sekarang penduduk Desa Candimulyo percaya bahwa Desa mereka diberi nama Candimulyo karena terdapat candi di daerah tersebut.
        Cerita di atas, merupakan sejarah Desa Candimulyo jika ditarik benang merah dari sejarah Ponpes Al Kahfi. Namun ada pula sejarah Desa Candimulyo yang mengandung cerita mistik. Cerita yang berkembang di masyarakat tentang sejarah Desa Candimulyo itu, sebagai berikut :
        Pada jaman dahulu kala di daerah yang sekarang menjadi Desa Candimulyo ini, terdapat sebuah candi yang tidak dapat terlihat seutuhnya, entah itu karena terkubur oleh tanah, atau karena tertutup oleh kekuatan ghaib. Hanya sebagian kecil bagian candi saja yang terlihat, itupun tidak terlihat seperti sebuah candi. Layaknya sebuah rumah, candi tersebutpun ada penunggu atau penjaganya, yaitu makhluk yang tak kasap mata. Orang yang ingin membuka candi tersebut harus bertarung dan mengalahkan si empunya candi. Hingga datanglah Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani ke daerah tersebut. Beliau berniat untuk membuka candi itu, namun Resi Danu Tirta melarangnya. Karena hal tersebut, terjadilah perkelahian yang tidak terelakkan antara Syekh Abdul Kahfi dan Resi Danu Tirta. Namun Syekh Abdul Kahfi-lah yang berhasil memenangkan pertarungan tersebut. Setelah berdiskusi dan menerangkan mengenai ajaran islam pada Danu Tirta, akhirnya sang resi ini barsedia untuk memeluk agama Islam. Tetapi niat awal Syekh Abdul Kahfi untuk membuka candi tersebut diurungkan, mungkin karena alasan yang diutarakan Danu Tirta. Karena adanya candi inilah, maka Syekh Abdul Kahfi memberi nama daerah tersebut dengan nama “Candimulyo”.
        Di Desa Candimulyo itu sendiri, ada sebuah bangunan atau lebih tepatnya disebut reruntuhan. Karena memang bentuknya yang sudah tidak utuh lagi, yang dipercaya oleh masyarakat Desa Candimulyo sebagai candi yang menjadi asal muasal nama Candimulyo. Reruntuhan candi tersebut terletak di Dukuh Tlimbeng. Berikut adalah gambar candi yang sudah tak terlihat bentuknya.
2013-01-01-023
        Sekarang candi tersebut hanya berupa gundukan tanah dan batu-batu. Candi ini memang sudah tidak menunjukkan bentuk dan susunan yang jelas layaknya candi-candi pada umumnya. Pada gambar di atas, terlihat batu yang permukaannya rata dan diletakkan berjajar.
2013-01-01-026

        Pada gambar di atas, nampak seperti anak tangga menuju ke atas, seperti layaknya sebuah candi dimana terdapat tangga menuju ke ruang pemujaan. Yang menjadi pertanyaan adalah, jika itu sebuah candi, mengapa candi tersebut tersusun dari batu bata? Bukankah candi-candi pada jaman dahulu dibuat dengan batu yang di pahat? Entahlah, belum ada penelitian lebih lanjut dari ahli arkeolog, yang dapat membuktikan apakah benar reruntuhan tersebut merupakan candi atau bukan. Namun secara turun temurun cerita asal mula nama Candimulyo yang diceritakan para orang tua kepada anaknya, ialah versi kedua dari cerita di atas. Jika kita melihat sejarah yang sudah terbukti kebenarannya yaitu versi pertama. Karena kisah perjalanan Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani yang mengislamkan Resi Danu Tirta, lalu menamai Candimulyo itu tercatat dalam buku, kitab serta manuskrip sejarah yang sekarang tersimpan di Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu.
         Bisa dikatakan bahwa peran utama dari cerita sejarah Desa Candimulyo ini adalah Sayid Muhammad Ishom Al Hasani. Karena berkat jasa beliaulah Islam dapat tersebar di Kebumen ini. Dan berhasil membawa penduduk Candimulyo dan para keturunannya dapat merasakan kemuliaan dan keluhuran Islam.
          Makam Syekh As Sayid Abdul Kahfi Al Hasani terletak di Pemakaman Umum Lemah Lanang yang berada di Desa Candimulyo dan Desa Somalangu. Setiap bulan Rabi’ul Awal ( Maulud ) dan bulan Rajab dalam kalender Hijriah,  ribuan orang dari berbagai penjuru datang untuk berziarah dan mengikuti acara Khaul yang diadakan di Pondok Pesantren Al Kahfi dan Al Falah.
         Itulah sepenggal sejarah Desa Candimulyo yang selama ini ada di tengah masyarakat Desa Candimulyo. Diperlukan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam untuk mengetahui apakah candi yang ada di Dukuh Tlimbeng tersebut memang benar-benar candi hindu. Ataukah mungkin hanya reruntuhan bangunan biasa. Dibawah ini foto candi dari kejauhan.
2013-01-01-028